Facebook dan Twitter, memicu krisis identitas
Situs jejaring seperti Facebook dan Twitter telah jadi bagian penting dalam kehidupan banyak orang belakangan ini. Namun di samping memberi manfaat, situs tersebut bisa memicu krisis identitas.
Pendapat ini disampaikan Susan Greenfield, profesor farmakologi sinaptik terkemuka di Oxford University, Inggris. Susan adalah pakar yang spesialisasinya dalam hal fisiologi otak.
Ia menganggap bahwa fokus pada pertemanan online di Facebook dan Twitter serta keterlibatan dalam umpan balik (feedback) yang konstan di kedua situs tersebut bisa mempengaruhi syaraf-syaraf otak, membuat orang berharap pada kepuasan instan dan membuat konsentrasi menurun.
Baroness menilai kedangkalan informasi yang dibagikan via dua situs tersebut bisa menjadi masalah. Berbagai update yang kurang penting membuat user seolah adalah para anak kecil.
"Mengapa seseorang harus tertarik dengan menu sarapan orang lain? Hal ini mengingatkan saya pada seorang anak kecil yang berkata, mama lihatlah aku melakukan ini, aku melakukan itu," kata dia.
"Ini seperti mereka tengah berada dalam semacam krisis identitas," imbuhya, seperti kutip dari Metro, Minggu (31/7/2011).
Menurut dia, sebagian orang berupaya terlalu keras untuk menjadi selebritis kecil-kecilan di Facebook atau Twitter. Hal itu membuat orang hidup di sebuah dunia di mana yang dihitung adalah apa yang dipikirkan orang lain tentang mereka.
"Pikirkan implikasinya bagi masyarakat jika orang-orang lebih mencemaskan apa yang dipikirkan orang lain tentang mereka daripada apa yang mereka pikirkan terhadap diri sendiri," pungkasnya.
=====================================================
Source: Detikcom
Silahkan Baca Info Terkait
0 komentar:
Silahkan Tulis Komentar Anda